Hal Tentang Menghakimi
June 22nd, 2020 @ 8:10 pm

Apakah sebagai orang Kristen kita boleh menghakimi sesama? Sebelum membahas hal ini, kita perlu tahu dahulu apakah yang dimaksud dengan penghakiman dalam iman Kristen. Apabila kita jauh ke dalam tulisan-tulisan di alkitab, kita akan memahami bahwasannya penghakiman yang dilakukan oleh seseorang ke orang lain itu memang dilakukan, namun penghakiman yang seperti apakah yang dimaksud?

Apabila kita membuka kitab perjanjian lama misalnya pada kitab Ulangan 16:18, dikatakan pada ayat tersebut bahwa haruslah diangkat hakim-hakim dan petugas-petugas yang akan menghakimi bangsa Israel dengan adil. Hal tentang menghakimi yang dimaksud adalah memimpin bangsa tersebut dan mengadili perkara-perkara benar salah dengan seadil-adilnya.

Hal tentang memimpin juga dituliskan pada kitab Hakim-hakim 3:10, dimana Roh TUHAN mengghinggapi Otniel anak Kenas, adik dari Kaleb. Pada ayat ini, LAI Terjemahan Lama mengatakan “Diperintahkannya orang Israel”.

Dalam kitab 1 Raja-raja 3:9, kita bisa membaca bahwa di ayat tersebut dikatakan bahwa Salomo meminta kepada Tuhan hikmat untuk dapat membedakan hal yang baik dan jahat dalam perkara yang akan dihadapinya untuk menghakimi umat Israel. Memang sebagai raja, Salomo memiliki salah satu tugas untuk mengadili beberapa perkara.

Para nabi, hakim, maupun raja yang ditunjuk oleh Tuhan dalam hal untuk menghakimi orang Israel tentunya bukan orang yang sembarang dipilih. Mereka merupakan yang kehidupannya terbaik diantara umat pada masanya. Mereka juga bisa menghakimi orang Israel dengan karena kehidupannya bercermin pada Firman Tuhan. Apabila ada yang menyimpang, maka kehidupannya akan sengsara, contohnya raja Saul.

Pada saat-saat sekarang ini, banyak orang-orang yang menghakimi sesamanya. Namun jika kita melihat hal-hal tersebut, kebanyakan penghakiman yang dilakukan oleh orang-orang sekarang ini adalah hanya menyalah-nyalahkan orang lain tanpa meninjau kehidupannya sendiri. Bahkan kebanyakan orang yang menghakimi dengan menyalahkan sesamanya untuk melindungi dirinya sendiri dari kesalahan yang diperbuatnya.

Ketika Yesus hadir untuk melayani, Yesus sendiri sadar tentang fenomena-fenomena keegoisan manusia yang hanya bisa menghakimi sesamanya tanpa bercermin pada kehidupannya sendiri. Oleh sebab itu, Tuhan berfirman dalam Matius 7:1-2:
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Jadi, apakah orang Kristen boleh menghakimi sesamanya? Alkitab sendiri menuliskan bahwa pada akhir zaman, akan datang hari penghakiman, dimana Yesus dan orang-orang pilihannya akan menjadi hakim (Lukas 22:30, Wahyu 20:11-13).
Mari kita lihat kembali ayat yang tertulis pada surat-surat di bawah ini:

1 Korintus 4:5 mengatakan,
Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

1 Korintus 6:2-3 mengatakan,
Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.

Pada ayat-ayat diatas dikatakan janganlah menghakimi sebelum waktu dimana Tuhan datang, dimana pada waktu itu dikatakan bahwa orang-orang percaya akan menghakimi. Kata ‘Akan’ di sini berarti bukan sekarang saatnya, tapi nanti di kemudian hari, yaitu pada hari penghakiman atas bangsa-bangsa, bahkan malaikat-malaikat.

Kalau penghakiman itu bolehnya nanti, lalu bagaimana dengan pekerjaan saya sebagai hakim atau pengacara sekarang ini? Apabila kita bertugas sebagai hakim atau pengacara yang sedang menjadi jaksa penuntut dalam suatu kasus, maka lakukanlah itu dengan seadil-adilnya, sama seperti zaman raja-raja atau hakim-hakim yang berlaku adil dan usahakanlah kita hidup kudus.

Hanya orang yang suci atau hidup kudus yang berhak untuk menghakimi atau menentukan keadilan bagi sesamanya. Hal ini dimuat dalam kisah seorang perempuan pezinah yang mau dihakimi oleh para ahli Taurat dan orang Farisi pada kitab Yohanes 8:2-11.

‘Janganlah menghakimi’ bukan berarti tidak boleh menentukan perkara benar salah, namun lebih kepada jangan menghina sesama tanpa bercermin pada kehidupan sendiri. Hal tersebut diperjelas dalam surat Roma 14:10. Setiap orang memiliki porsinya sendiri untuk menentukan keadilan (Roma 14:4).

Uncategorized

Post a Comment